oleh : etri selpawani fredy
TAHUKAH ANDA PENGARUH USIA CALON
IBU dengan KEHAMILAN PADA WAKTU PERSALINAN?
Di Indonesia banyak remaja bahkan para orang
tua yang belum mengetahui bahaya menikah atau menikahkan anak pada usia dini.
Banyak juga masyarakat yang belum mengetahui bahaya hamil di usia tua. Serta banyaknya
remaja yang harus menikah pada usia muda
karena desakan orang tua yang dikarenakan faktor ekonomi dan hamil diluar nikah karena
pergaulan bebas, menyebabkan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) terus
meningkat di Indonesia. Banyak masyarakat yang belum mengetahui pengeruh
tingkat kematangan tubuh (organ reproduksi) terhadap kehamilan.
Ingin punya anak adalah hak setiap
orang, namun perlu di fikirkan juga resikonya jika menjalani kehamilan pertama
diusia “lanjut”.
Perlu diketahui oleh pasangan usia
subur (PUS), bahwa usia terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35
tahun) beresiko dengan kehamilan. Wanita yang dinikahkan pada usia terlalu
muda, missal umur 13-15 tahun maka
perkembangan rongga panggul belum
maksimal. Perkembangan rongga panggul baru maksimal setelah titik
pertumbuhan tinggi badan telah terhenti (antara 18 s/d 22 tahun). Akibatnya
kehamilan pada usia muda akan lebih berisiko dengan pnyulit pada waktu
persalinan, bayi yang akan lahir nantinya lebih sulit melewati diameter rongga panggul ibu yang belum maksimal. Usia
terlalu tua pada kehamilan juga berisiko dengan penyulit pada saat persalinan,
seperti pendarahan.
Beberapa risiko lain yang
bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan
naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. “Bisa jadi secara mental
pun si wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan
kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker
leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun.
Berbeda dengan wanita usia 20–30 tahun yang dianggap
ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan. “Di rentang usia ini kondisi
fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau
kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang
berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-hati.
Sedangkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa
transisi “Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan
kesehatan wanita yang bersangkutan, termasuk gizinya, dalam keadaan baik,”
Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita digolongkan
pada kehamilan berisiko tinggi. “Di kurun usia ini, angka kematian ibu
melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya, sebenarnya, tidak dianjurkan
menjalani kehamilan di atas usia 40 tahun
Bagi wanita yang menunda pernikahan
dan keinginan punya anaknya, kelak di masa usia dewasa madya malah sibuk
mengurus bayi. Akibatnya, kepuasan di masa ini pun menurun. Apalagi, meski
secara mendasar di usia dewasa madya wanita lebih matang,
tetapi secara fisik ia berisiko tinggi menjalani kehamilan dan persalinan.
“Semakin bertambah usia, semakin sulit hamil karena
sel telur yang siap dibuahi semakin sedikit. Selain itu, kualitas sel telur
juga semakin menurun. Itu sebabnya, pada kehamilan pertama di usia lanjut,
risiko perkembangan janin tidak normal dan timbulnya penyakit kelainan bawaan
juga tinggi, terutama sindroma Down.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar