Rabu, 08 Mei 2013

pengaruh usia ibu terhadap kehamilan


 
oleh : etri selpawani fredy
TAHUKAH ANDA PENGARUH USIA CALON  IBU dengan KEHAMILAN PADA WAKTU PERSALINAN?
          Di Indonesia banyak remaja bahkan para orang tua yang belum mengetahui bahaya menikah atau menikahkan anak pada usia dini. Banyak juga masyarakat yang belum mengetahui bahaya hamil di usia tua. Serta banyaknya remaja yang  harus menikah pada usia muda karena desakan orang tua yang dikarenakan faktor  ekonomi dan hamil diluar nikah karena pergaulan bebas, menyebabkan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) terus meningkat di Indonesia. Banyak masyarakat yang belum mengetahui pengeruh tingkat kematangan tubuh (organ reproduksi) terhadap kehamilan.
            Ingin punya anak adalah hak setiap orang, namun perlu di fikirkan juga resikonya jika menjalani kehamilan pertama diusia “lanjut”.
            Perlu diketahui oleh pasangan usia subur (PUS), bahwa usia terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun) beresiko dengan kehamilan. Wanita yang dinikahkan pada usia terlalu muda, missal umur 13-15 tahun  maka perkembangan rongga panggul belum maksimal. Perkembangan rongga panggul baru maksimal setelah titik pertumbuhan tinggi badan telah terhenti (antara 18 s/d 22 tahun). Akibatnya kehamilan pada usia muda akan lebih berisiko dengan pnyulit pada waktu persalinan, bayi yang akan lahir nantinya lebih sulit melewati diameter  rongga panggul ibu yang belum maksimal. Usia terlalu tua pada kehamilan juga berisiko dengan penyulit pada saat persalinan, seperti pendarahan.
            Beberapa risiko lain yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. “Bisa jadi secara mental pun si wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun.
Berbeda dengan wanita usia 20–30 tahun yang dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan. “Di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-hati.
Sedangkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi “Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan kesehatan wanita yang bersangkutan, termasuk gizinya, dalam keadaan baik,”
Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi. “Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya, sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan di atas usia 40 tahun
Bagi wanita yang menunda pernikahan dan keinginan punya anaknya, kelak di masa usia dewasa madya malah sibuk mengurus bayi. Akibatnya, kepuasan di masa ini pun menurun. Apalagi, meski secara mendasar di usia dewasa madya wanita lebih matang, tetapi secara fisik ia berisiko tinggi menjalani kehamilan dan persalinan.
Semakin bertambah usia, semakin sulit hamil karena sel telur yang siap dibuahi semakin sedikit. Selain itu, kualitas sel telur juga semakin menurun. Itu sebabnya, pada kehamilan pertama di usia lanjut, risiko perkembangan janin tidak normal dan timbulnya penyakit kelainan bawaan juga tinggi, terutama sindroma Down.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar